Strength pada semen terbagi
menjadi dua yaitu compressive strength dan shear stregth. Compressive strength
didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang berasal
dari formasi maupun dari casing, sedangkan shear strength didefinisikan sebagai
kekuatan semen dalam menahan berat casing. Jadi compressive strength menahan
tekanan-tekanan dalam arah horisontal dan shear strength menahan
tekanan-tekanan pada arah vertikal. Compressive strength dipengaruhi oleh
besarnya kandungan air dalam suspensi semen dan lamanya waktu pengkondisian
(curing time). Dalam mengukur strength semen seringkali yang diukur adalah
compressive strength, sedang shear strength kurang diperhatikan. Umumnya
compressive strength mempunyai harga 8 – 10 kali lebih dari harga shear
strength. Pengujian compressive strength di laboratorium dilakukan dengan
menggunakan alat “Curing Chamber” dan water curing bath, untuk kemudian diuji
kekerasannya dengan menggunakan hydraulic chamber. Curing chamber dapat
mensimulasikankondisi semen untuk tekanan dan temperatur tinggi sesuai dengan
temperatur dan tekanan formasi. Hydraulic chamber merupakan mesin pemecah semen
yang sudah mengeras dalam curing chamber. Compressive strength minimum
dirokemendasikan oleh API untuk dapat melanjutkan operasi pemboran adalah 500
psi. Sedang shear strength yang baik tidak kurang dari 100 psi, sehingga casing
dapat terikat dengan kokoh. Dalam keadaan ini pemboran sudah dapat dilanjutkan.
Dari segi teknis, strength semen diharuskan memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Kuat menahan pipa selubung.
b. Mengisolasi zona-zona
permeabel.
c. Menahan goncangan-goncangan
pemboran dan tidak pecah karena perforasi.
d. Mencegah terjadinya kontak
antara casing dengan fluida formasi.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar